
Swaramediakaltim.com – Pembangunan Religi Center di Samarinda yang awalnya digadang-gadang menjadi pusat keagamaan dan kebersamaan masyarakat kini justru mangkrak tanpa kejelasan.
Ketua Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Sungai Kunjang (HIPMASKU) Arianto ditemui Swara Kaltim menjelaskan, menyoroti ketidak jelasan proyek ini dan menuntut pertanggungjawaban dari pihak terkait.
“Dulu proyek ini dibangun dengan klaim untuk kepentingan sosial dan keberagaman. Tapi sekarang, justru terbengkalai. Siapa yang bertanggung jawab,” tanya Arianto, di di Kantor Kecamatan Sungai Kunjang, Jalan Jakarta, Kelurahan Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda, Jumat 14 Maret 2025.
“Jangan sampai masyarakat hanya dijadikan alasan, sementara kepentingan lain bermain dibalik ini,” tegas Arianto.
Menurutnya, kondisi Religi Center yang tidak selesai bukan hanya mencerminkan kegagalan perencanaan, tetapi juga menunjukkan buruknya pengelolaan anggaran dan komitmen pemerintah terhadap fasilitas sosial.
Dimana proyek yang seharusnya menjadi ruang bagi masyarakat kini malah berubah menjadi bangunan kosong tanpa manfaat.
“Kami ingin tahu, kenapa proyek ini mangkrak. Apakah karena anggaran yang tidak dikelola dengan baik, atau ada kepentingan lain yang membuatnya dibiarkan terbengkalai,” tambahnya.
Arianto menilai, bahwa ketidak jelasan ini semakin memperlihatkan bagaimana kebijakan publik sering kali dibuat tanpa mempertimbangkan keberlanjutan dan dampaknya terhadap masyarakat.
Lanjutnya, jika Religi Center benar-benar dibutuhkan, maka harus ada langkah konkret untuk menyelesaikannya, bukan hanya janji-janji politik yang akhirnya tidak ditepati.
“Pemerintah harus transparan. Jangan hanya membangun lalu meninggalkan tanggung jawabnya. Jika memang ada kendala, sampaikan ke publik. Jangan biarkan ini jadi bukti baru kegagalan pengelolaan kota,” tutupnya Arianto.(*aya)